PEMBELAJARAN MENYUNTING
Pengertian
Menyunting dapat diartikan merapikan naskah agar siap cetak dengan melihat kembali, membaca, atau memperbaiki naskah itu secara keseluruhan, baik dari segi bahasa maupun dari segi materinya, penyajiannya, kelayakan dan kebenaran materi (isi) naskah yang akan diterbitkan (Depdikbud 1995:1; Rifai 1997: Erneste 1995). Perbaikan itu dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan berkaitan dengan kaidah penulisan. Perbaikan dapat bersifat menyeluruh atau sebagian. Ada tiga aspek yang harus disunting dalam tulisan, yaitu: (1) isi, (2) organisasi, dan (3) bahasa.
Fungsi Menyunting
Menyunting tulisan sangat penting dilakukan agar suatu tulisan dapat dijaga kualitasnya, seperti keruntutan, kelogisan, ketepatan pemakaian bahasa, dan kelengkapan unsur tulisan. Dengan demikian, seorang penyunting dapat menjaga kelayakan dan kepantasan tulisan itu dibaca atau disampaikan kepada pembaca yang menjadi sasarannya. Melalui kegiatan penyuntingan ini, penyunting dapat menyampaikan kritik, saran, atau catatan-catatan demi perbaikan suatu tulisan.
Suntingan:
Setelah Anda teliti dan cermati, ternyata tulisan (1) terdapat beberapa kesalahan penulisan huruf. Apabila kesalahan-kesalahan itu ditandai dengan penanda penyuntingan tampak seperti berikut ini.
Pada bulan Pebruari tahun lalu kami mengikuti pelatihan bahasa Indonesia di Jakarta. Mula-mula kami diperkenalkan pada hasanah budhaya Indonesia. Hal ini perlu, kata pelatih, “agar kamu mempunyai kekayaan bathin yang lebih luas.“ Walaupun jaman sudah moderen kita harus mengenal budhaya kita. Kita harus bersikap posetif terhadap bahasa national kita. Untuk itu, Anda harus memphoto copy naskah ini.
Di Indonesia frekwensi pelatihan akan diperbanyak untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Pelatihan ini akan berlangsung dari pagi sampai malam dan Anda bisa sholat di sini pada waktu istirahat. Karena masalah penulisan ejaan sangat komplex, penulisan unsur serapan pun harus disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti aquarium, exemplar, taqwa, maghrib, bakhti, pisik, faluta, dan lafaz
Perbaikan:
Pada bulan Februari tahun lalu kami mengikuti pelatihan bahasa Indonesia di Jakarta. Mula-mula kami diperkenalkan pada khasanah budaya Indonesia. Hal ini perlu, kata pelatih, “agar kamu mempunyai kekayaan batin yang lebih luas.“ Walaupun zaman sudah modern kita harus mengenal budaya kita. Kita harus bersikap positif terhadap bahasa nasional kita. Untuk itu, Anda harus memfoto kopi naskah ini.
Di Indonesia frekuensi pelatihan akan diperbanyak untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Pelatihan ini akan berlangsung dari pagi sampai malam dan Anda bisa salat di sini pada waktu istirahat. Karena masalah penulisan ejaan sangat kompleks, penulisan unsur serapan pun harus disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti akuarium, eksemplar, takwa, magrib, bakti, fisik, valuta, dan lafal.
Contoh 2:
Amati pula tulisan (2). Tulisan (2) juga terdapat ketidaktepatan penulisan huruf, seperti penulisan huruf kapital dan huruf miring. Teliti, cermati, dan tandailah.
Setelah Anda teliti dan cermati, ternyata di tulisan (2) terdapat juga beberapa ketidaktepatan penulisan huruf kapital dan huruf miring. Kesalahan-kesalahan itu bila ditandai tampak seperti contoh berikut.
Suntingan:
• PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa atas bimbingan dan petunjuknya sehingga buku berjudul WACANA BAHASA INDONESIA telah dapat penulis selesaikan.
Dengan penulisan ini, Penulis ingin memberikan sumbangan yang nyata dalam pembangunan melalui bidang Pendidikan berupa sarana buku untuk peningkatan ilmu. Buku ini Penulis rangkum dan sajikan sesederhana mungkin agar para Mahasiswa dapat dengan mudah menghayati arti dan makna dari WACANA sebagai salah satu bagian dari Bahasa Indonesia.
Buku ini dapat memberikan landasan kepada para Mahasiswa agar benar-benar menghayati WACANA khusunya dan cara menyusun karangan dengan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia pada umumnya.
Dengan terbitnya buku ini, Penulis berharap dapat meningkatkan efisiensi perkuliahan BAHASA INDONESIA di Perguruan Tinggi. Penulis menyadari bahwa isi dan susunan buku ini belum sempurna, tetapi Penulis akan berusaha untuk menyelaraskannya pada penerbitan yang akan datang.
Semarang, oktober 2004
Perbaikan :
Prakata
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan petunjuk-Nya sehingga buku berjudul Wacana Bahasa Indonesia telah dapat penulis selesaikan.
Dengan penulisan ini, penulis ingin memberikan sumbangan yang nyata dalam pembangunan melalui bidang pendidikan berupa sarana buku untuk peningkatan ilmu. Buku ini kami rangkum dan sajikan sesederhana mungkin agar para mahasiswa dapat dengan mudah menghayati arti dan makna wacana sebagai salah satu bagian dari bahasa Indonesia.
Buku ini dapat memberikan landasan kepada para mahasiswa agar benar-benar menghayati wacana khusunya dan cara menyusun karangan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia pada umumnya.
Dengan terbitnya buku ini, punulis berharap dapat meningkatkan efisiensi perkuliahan bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Penulis menyadari bahwa isi dan susunan dari buku ini belum sempurna, tetapi penulis akan berusaha untuk menyelaraskannya pada penerbitan yang akan datang.
Semarang Oktober 2003
Penyuntingan Penulisan Kata
Penulisan kata juga perlu mendapat perhatian untuk disunting. Aspek-aspek penulisan kata yang perlu mendapat perhatian antara lain: penulisan kata serapan, penulisan kata turunan dan kata ulang, serta penulisan kata depan dan partikel.
Contoh 3
Amatilah secara teliti dan cermat tulisan (3). Pada tulisan (3), Apakah terdapat ketidaktepatan penulisan kata, terutama penulisan kata turunan dan kata ulang, serta kata depan dan partikel?
Industrialisasi Manufaktur di Indonesia
BILA MANA kita benar-benar serius mengembangkan industri manufaktur yang sehat didalam negeri maka deregulation dan privatisation yang telah di mulai oleh pemerintah sejak tahun 1983 sampai dengan inpres no. 4 tahun 1985 perlu dilanjutkan.
Industrialisasi Manufaktur di Indonesia
BILA MANA kita benar-benar serius mengembangkan industri manufaktur yang sehat didalam negeri maka deregulation dan privatisation yang telah di mulai oleh pemerintah sejak tahun 1983 sampai dengan inpres no. 4 tahun 1985 perlu dilanjutkan.
Disamping itu, perlu di lakukan perombakan total dan rationalisation sistim intensip dan perlindungan, perdagangan, perijinan usaha, dan kebijaksanaan dibidang ke tenaga kerjaan.
Maksud perombakan sistim intensip perdagangan dan industriil itu ialah untuk menyehatkan structur industri manufakturing kita yang sudah ada menurut tolokukur ekonomi hususnya agar dapat bersaing dipasar internasional. Ada pun tujuan lain dari industrialisasi diluar pertimbangan ekonomis itu seperti tujuan Sosial Politik, dan peningkatan pertahanan Nasional, perlu di pertajam lebih lanjut, di tentukan skala priority dan timbangan operasionilnyaserta di sesuaikan dengan kemampuan Nasional untuk membayar dan memiliki industri-industri seperti itu.
Tujuan ahir industrialisasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masarakat baik Nasional mau pun Dunia. Kesejahteraan masyarakat tersebut hanya dapat di tingkatkan bila mereka dapat meningkatkan jumlah konsumsi dengan mutu barang yang lebih tinggi, namun dengan tingkat yang lebih rendah. Oleh karena itu, seyogianya lah bila rencana industrialisasi di dasarkan pada pertimbangan ekonomi (economic feasibility) dan bukan atas dasar kemampuan tehnis (technical feasibility) semata-mata.
Suntingan
Industrialisasi Manufaktur di Indonesia
BILA MANA kita benar-benar serius mengembangkan industri manufaktur yang sehat didalam negeri maka deregulation dan privatisation yang telah di mulai oleh pemerintah sejak tahun 1983 sampai dengan inpres no. 4 tahun 1985 perlu dilanjutkan. Disamping itu, perlu di lakukan perombakan total dan rationalisation sistim intensip dan perlindungan, perdagangan, perijinan usaha, dan kebijaksanaan dibidang ke tenaga kerjaan.
Maksud pperombakan sistim intensip perdagangan dan industriil itu ialah untuk menyehatkan structur industri manufakturing kita yang sudah ada menurut tolokukur ekonomi hususnya agar dapat bersaing dipasar internasional. Ada pun tujuan lain dari industrialisasi diluar pertimbangan ekonomis itu seperti tujuan Sosial Politik, dan peningkatan pertahanan Nasional, perlu di pertajam lebih lanjut, di tentukan skala priority dan timbangan operasionilnyaserta di sesuaikan dengan kemampuan Nasional untuk membayar dan memiliki industri-industri seperti itu.
Tujuan ahir industrialisasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masarakat baik Nasional mau pun Dunia. Kesejahteraan masyarakat tersebut hanya dapat di tingkatkan bila mereka dapat meningkatkan jumlah konsumsi dengan mutu barang yang lebih tinggi, namun dengan tingkat yang lebih rendah. Oleh karena itu, seyogianya lah bila rencana industrialisasi di dasarkan pada pertimbangan ekonomi (economic feasibility) dan bukan atas dasar kemampuan tehnis (technical feasibility) semata-mata.
Perbaikan
Industrialisasi Manufaktur di Indonesia
Bilamana kita benar-benar serius mengembangkan industri manufaktur yang sehat didalam negeri, deregulasi dan penswastaan yang telah di mulai oleh pemerintah sejak tahun 1983 sampai dengan Inpres No. 4 Tahun 1983, perlu dilanjutkan. Di samping itu, perlu dilakukan perombakan total dan rasionalisasi sistem intensif dan perlindungan, perdagangan, perizinan usaha, dan kebijaksanaan di bidang ketenagakerjaan.
Maksud perombakan sistem intensif perdagangan dan industrial itu ialah untuk menyehatkan struktur industri manufakturing kita yang sudah ada menurut tolok ukur ekonomi agar dapat bersaing di pasar internasional. Adapun tujuan lain dari industrialisasi di luar pertimbangan ekonomis itu, seperti tujuan sosial politik, dan peningkatan pertahanan nasional, perlu dipertajam lebih lanjut, ditentukan skala prioritas dan timbangan operasionalnya, disesuaikan dengan kemampuan nasional untuk membayar dan memiliki industri-industri seperti itu.
Tujuan akhir industrialisasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik nasional maupun internasional. Kesejahteraan masyarakat tersebut hanya dapat ditingkatkan apabila mereka dapat meningkatkan jumlah konsumsi dengan mutu barang yang lebih tinggi, tetapi dengan tingkat harga yang lebih rendah. Oleh karena itu, seyogianyalah apabila rencana industrialisasi didasarkan pada pertimbangan ekonomi (economic feasibility) dan bukan atas dasar kemampuan teknis (technical feasibility) semata-mata (Depdikbud 1995:27-28).
Cara-cara Menyunting Penulisan Unsur Serapan
Suatu tulisan kadang tidak bisa terlepaskan adanya unsur serapan. Hal ini disebabkan, seperti halnya bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia dalam perkembangannya menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Bahasa Indonesia menyerap unsur (kata) dari bahasa Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, ada dua macam unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Artinya, unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi penulisannya masih mengikuti cara asing, seperti shuttle cock, assalamu’alaikum, dan charter. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kita usahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga kita serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi sistem, oktaf, dan aksesori. Jadi, kita hanya mengubah ejaannya seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Artinya, kita mengubah seluruh ejaannya, tetapi mengubah seperlunya sehingga dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya (Lihat Depdikbud 1995:34).
Dalam menyunting penulisan unsur serapan ada dua hal yang perlu diperhatikan penyunting. Dua hal itu sebagai berikut.
Unsur asing (pungut) yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah, misalnya penulisan kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, dan hadir.
Akhiran asing, seperti –isasi, -asi, dan –if tidak kita serap ke dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, jika ada kata yang mempunyai akhiran –isasi, -asi, dan –if, akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Oleh karena itu, kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
Jadi, bukan dari kata dasar standar, misalnya, mendapat akhiran –isasi,. Oleh karena itu, bentuk standarisasi, seperti juga pompanisasi, lelenisasi tidak dapat kita terima karena kita tidak menerima akhiran asing (isasi, -asi, -if) dalam bahasa Indonesia.
Amatilah contoh tulisan berikut mengapa kalimat a dikategorikan sebagai kalimat yang pilihan katanya tepat?
Pilihan Kata Tepat dan Pilihan Kata Tidak Tepat
A. Pada zaman revolusi banyak kaki tangan Belanda yang ditangkap.
B. Orang itu mempunyai kaki tangan yang lengkap
A. Anak itu menangis saja sepanjang malam.
B. Anak itu melolong saja sepanjang malam.
A. Dia melihat langsung temannya yang mengalami kecelakaan di jalan raya tadi pagi.
B. Dia mengintip langsung temannya yang mengalami kecelakaan di jalan raya tadi pagi.
nama : agneliza
kelas : 9.1